Huwaaaaaah!
Ini pertama kalinya setelah sekian lama nggak buka blog ini, sempat lupa pula passwordnya, sekarang setelah berhasil buka, gw ga tau mo nulis apa! Plus sekarang ngantuk berat lagi, hehehe..
Sejak beberapa waktu yang lalu ada yang menggelitik pikiran gw.. Mengenai trend pake Blackberry, atau mengutip istilahnya Pak Ari, dosen pembimbing thesis gw, 'beri-beri'.
Sebenernya biasa aja sih, trend ini. Sama kaya dulu semua orang di jaman gw SMS pake 'Nokia Sejuta Umat' alias Nokia 5110. Semua pake karena handphone itu ngetren abis (dan murah). Kalo ditanya ke anak2 jaman itu yang pake Nokia 5110, mereka akan bilang, 'habis semuanya pake sih'. Bukan karena mereka suka fiturnya, suka tampangnya, atau suka apanyalah yang bikin mereka naksir. Jaman itu ada Ericsson T-berapa gitu yang murah meriah dan catchy. Gw sendiri pakai Nokia 6110 (tampangnya lebih ok, menurut gw), lalu ganti ke Siemens yang ada shock resistancenya. Sejak dulu gw terbiasa memilih barang yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan gw.
Jadi, gw agak kurang ngerti dengan perilaku orang-orang dulu (dan juga sekarang), yang beli besuatu karena 'semua orang pake'.
Dan kadang, gw merasa aneh karena cara pandang gw beda dgn yang lain.
Gw beberapa kali diledek karena 'keteguhan hati' gw untuk nggak pake BB.
Misalnya, ada temen yang bilang
'yah kalo putu ga usah diajak chat-lah, dia kan ga bisa online terus'.
Atau temen sms bilang
'gw tadinyg mao sms lo buat nanya pin BB sih, tapi gw lupa gitu lo ga punya BB, jadi gw ga usah tanya lah ya'.
Dan komentar lainnya yang bikin panas ati waktu dibaca atau didenger.
Tapi setelah dipikir-pikir, sebenernya sih gw harus pede aja dgn apa yang gw miliki. Kalau dilihat sisi lainnya, temen yang ngeledek gw itu, rata-rata orang yang suka ikut-ikutan pake ini-itu. Dalam pengamatan gw, mereka itu termasuk orang yang kurang pede dengan dirinya, jadi mereka membutuhkan 'sarana penunjang' berupa fasilitas dan aksesori untuk menutupi kekurangannya. Walaupun mereka mengaku kalau mereka 'pede abis' alias kelebihan rasa percaya diri, tapi gw pengen liat, kalo semua barang yang nempel di badan mereka dilucutin, sehingga yang tersisa cuma body, mind and soulnya doang, seberapa besarkah kadar percaya dirinya? Belum tentu segede sekarang, ketika mereka menenteng BB dan mengutak-atiknya di bus Transjakarta.
Gw bukannya ga suka BB. Gw juga ga iri karena ga punya. Toh gw online dengan Handphone yang lumayan canggih. Yang bikin gerah adalah ketika personal value gw disinggung dengan kata-kata ga enak. Pilihan gw adalah pilihan dan tanggung jawab gw sendiri, dan nggak ada seorangpun yang berhak untuk mencampurinya. Toh kalo gw emang BUTUH, gw pasti pake. Kalo ga butuh, ya ngapain juga.
Justru, gw akan malu kalo misalnya, suatu hari berkoar di fesbuk, bilang 'ga mau pake BB karena takut terlalu gaya', tapi ga sampe seminggu kemudian update status melalui 'Facebook for Blackberry'. Setelah itu, lupa dengan kata-katanya dan berkoar ulang (dan lebih kenceng) bilang 'kan malu dong, ga gaya..ga enak kalo ditanya pin BB ga bisa jawab'. HHMMPPHHHH!!!! Memalukan.
Ilustrasi diatas karangan lho ya, kalo ada yang berasa jangan tersinggung.. Cuma MISALNYA aja..
Yang jelas, sekarang setelah ditulis, rasa tergelitiknya udah legaan dikit. Dan gw tetep pede online dengan Nokia gw.
Hohohohoho
2 comments:
Hahaha. Saya pengen punya BB lho. Tapi kayanya nunggu tahun depan deh (baca: menabung). Cz my parents wun buy me something i'ma get attached to cz they say id get distracted from studying. Makanya kalau pengen jadi harus nabung sendiri. Huhuhu... T_T
Ahaha, kalau dapatnya susah (harus nabung), nantinya pasti lebih sayang sama barang itu...
Post a Comment